Minggu, 14 April 2013

Lombok Ooohh Lombok

Saya adalah seorang yang sangat suka jalan-jalan.  Hanya saja, saya belum pernah yang namanya menikmati yang benar-benar liburan.  Selama ini, yang namanya liburan ya pulang kampung, ketemu keluarga dan teman lama.  Akhirnya pada akhir tahun 2012, Saya memutuskan untuk membeli tiket pesawat ke Lombok, karena Saya sangat ingin pergi ke Gili Trawangan.  Kebetulan Kami mendapat tiket promo dari Garuda Indonesia sebesar 890 rb rupiah PP, murah kan??!! ya untuk sekelas Garuda si termasuk miring.  Saat itu Kami booking untuk flight bulan Maret 2013, lumayan masih lama si.

Tanpa terasa sudah masuk bulan ke enam dan perjalanan Kami sudah semakin dekat.  Kami akan stay di Gili Trawangan sekitar 2 malam, namun sebelumnya Kami akan menghabiskan malam di Lombok karena Kami menggunakan flight malam.  Kami pergi bertiga (Saya, Wagi dan Irna) dan Irna salah satu teman Saya memang pernah ke sana sebelumnya.  Karena Kami menggunakan flight malam, waktu itu Saya bertanya apakah di bandara ada fasilitas lounge atau kafe 24 jam.  Kalau kemungkinan ada, jadi Kami bisa menghemat untuk biaya hotel dan transportasi ke hotel, karena paling tidak Kami bisa menunggu pagi sampai ada Damri pertama untuk menuju pelabuhan. Saat itu Irna bilang ada fasilitas lounge yang 24 jam, Kami bisa membayar dan menghabiskan malam di sana. Jadi, Saya hanya memesan kamar untuk di Gili Trawangan selama 2 malam. Hari Sabtu, 23 Maret 2013 pun tiba dan Kami pun memulai perjalanan yang juga merupakan liburan pertama Saya.  Nah, saat-saat inilah dimana beberapa kisah menarik akan dimulai.

Kami pun tiba di Bandara Internasional Lombok kurang lebih pukul 21.300 WITA.  Sesampainya di sana, alangkah kagetnya Saya ketika sampai.  Ini sungguh bandara yang aneh, tidak ada bagian informasi, tidak ada fasilitas lounge 24 jam.  Dan yang lebih mengagetkan adalah kalau bandara ini buka hanya sampai flight terakhir yaitu jam 23.00 WITA.  Ternyata di sana juga masih banyak sekali orang minta-minta yang berbaring di sepanjang pintu keluar bandara.  Sangat disayangkan dengan adanya label Internasional, namun fasilitas dan masyarakatnya belum siap.  Saat itu pun Kami merubah rencana untuk mencari tempat 24 jam karena salah satu teman Saya menolak untuk tinggal di hotel.
Bandara Internasional Lombok (Saya dan Wagi)
Setelah lelah menghindari kejaran para calo travel dan penyewaan mobil, maka kami akhirnya memilih untuk menggunakan jasa bus Damri dengan tujuan mencari pusat keramaian dimana pun itu sehingga Kami bisa menghabiskan malam.  Ketika ditanya tujuan kemana, maka Irna menyebutkan sebuah nama yaitu JAYAKARTA, yang pada saat itu Saya pikir sejenis nama daerah seperti MALIOBORO.  Kurang lebih 1,5 jam perjalanan Kami tiba daerah Senggigi.  Namun, dikarenakan penumpang nya hanya tinggal Kami bertiga, maka si supir dengan berbagai alasan tidak mau mengantar Kami sampai Jayakarta, Dia hanya mengatakan kalau itu sudah dekat sekali dengan Jayakarta.  Lalu Kami pun diturunkan di depan sebuah klab malam.  Saking Saya tidak bisa menahan buang air kecil, Saya pun nekat masuk dengan menggendong ransel demi menemukan ruang kecil bernama toilet.  Alhasil Saya keluar lagi karena merasa sangat salah tempat dan ternyata ada toilet di pos security

Saya menyampaikan sebuah opsi, kenapa Kami tidak naik taksi saja untuk menuju Jayakarta tempat yang sampai detik itu Saya dan Wagi (satu diantara dua teman Saya) juga tidak tahu kenapa Irna (teman yang permah ke Lombok) memilih tempat itu.  Kami berjalan sekitan 200 meter dan menemukan sebuah warung dimana Kami bisa numpang duduk.  Sembari duduk, Saya bertanya kepada pemilik toko apakah Jayakarta sudah dekat dan dia menjawab bahwa sudah sangat dekat.  Tak lama kemudian, Kami melanjutkan berjalan kaki menuju Jayarta, saat itu waktu menunjukan kurang lebih pukul 01.30 WITA.  Serelah kurang lebih 10 menit berjalan, sampailah Kami di Jayakarta dan pada detik itu juga Saya dan Wagi tahu tempat apa itu, yaitu sebuah hotel berbintang cukup banyak.  Dan saat itu juga Saya tahu kenapa Irna memilih tempat itu, karena dia bilang itu dekat dengan pusat keramaian di Senggigi.

Kurang lebih ada 5-10 menit Kami berdiri di depan Jayakarta dan melihat sekeliling yang amat sangat gelap gulita.  Dari situlah Saya bertanya tanya dalam hati, "mana pusat keramaiannya? gelap gulita begini... -___-".  Kemudia dengan mengejutkan Irna bilang kalau Kami sebaiknya naik taksi, namun dia masih meyakini kalau itu sangat dekat dengan keramaian karena dia pernah pergi ke salah satu kafe dengan jalan kaki.  Tetapi ya sudahlah, akhirnya Kami naik taksi dan Saya bertanya pada Pak Supir untuk menurunkan Kami di tempat 24 jam.  Lalu turunlah Kami di tempat ini.
24 hour Minimarket
Kami turun dan memesan minuman untuk menghilangkan sedikit lelah dan minuman yang Kami pesan bukan seperti yang tertera pada gambar, Kami memesan kopi, teh manis padan dan mie rebus.  Nah, mulai sinilah tragedi tragedi bak drama Brama Kumbara terjadi, perang dingin seperti kisah Ramayana dan Mahabarata.  Saya cukup menikmati dengan perjalanan kali ini, ya karena baru pertama kali pergi cukup jauh dengan gaya flashpacker membuat Saya harus belajar banyak dari hal hal yang terduga seperti malam itu.  Secara mendadak dan tiba tiba, Irna mendingin seperti es, diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.  Saya pikir mungkin dia capek dan butuh istirahat.  Hanya saja Saya juga tidak tahu yang dia mau, apakah dia butuh tidur? Seharusnya kita sepakat cari hotel daripada jalan kaki buang waktu mencari tempat yang kita tidak tahu.  Tapi, meski buang waktu, itu tetap menarik dan menyenangkan buat Saya.  Tanpa basa basi, Irna bilang dia sewa kamar di atas yang lumayan buat tidur.  Saya dan Wagi menyusul ke atas dengan niat menghangatkan suasana, tetapi sesampainya di atas, Irna sudah tertidur dengan lelapnya.  Dan yang lebih membuat shock lagi adalah kalau itu adalah sebuah gudang yang di beri kasur dengan aroma kecoa dan suara tikus.  Hahahahaha...tapi ini pengalaman yang seru dan menyenangkan sekali. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Tunggu postingan berikutnya.


To be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar